Dinar dan Dirham

Posted by Sharia Accounting and Finance Forum On Senin, Oktober 24, 2011 1 comment

Kuping kita familiar dengan slogan "Cinta Rupiah". Terlebih memang sejak lahir kita sudah mengenal uang fiat buatan Indonesia ini sebagai alat tukar selain dollar, yen, dan mata uang lain
Pernahkah terpikir bagi orang-orang untuk menggunakan emas dan perak sebagai alat tukar? Ya, itulah dinar dan dirham. Yang disebut dengan dinar di sini tentu saja bukan mata uang yang digunakan oleh Arab Saudi, melainkan dinar yang digunakan pada masa kekhalifahan Islam, yaitu koin emas dengan berat standar 4,25 gram dan koin perak dengan berat 2,975 gram sebagai dirham.

Emas dan Perak: Komoditas Terbaik sebagai Alat Tukar

Menurut literatur yang saya baca di internet, dinar dan dirham memiliki banyak keunggulan yang sudah diakui banyak pihak. Pertama, dilihat dari bahannya, yaitu logam emas dan perak, yang memiliki unsur instrinsik yang bernilai. Berbeda dengan uang kertas yang bisa seenaknya diproduksi karena murah, dan tidak sebanding dengan apa yang kita tukarkan.

Emas dan perak hanya bisa diproduksi dengan jumlah yang terbatas, karena mereka adalah logam berharga dan langka. Oleh sebab itu, emas dan perak menjamin kestabilan moneter , termasuk dalam artian inflasi sama dengan nol.

Kedua, walaupun jika nantinya mata uang setiap negara berbeda-beda, nilai per gram emas dan perak antar negara pasti sama, sehingga kurs mata uang stabil. Hal ini menghindari spekulasi mata uang yang selama ini selalu menimbulkan kecemasan para eksportir dan importir, maupun perdagangan valas ribawi (sistem riba), yang pada akhirnya akan makin menggairahkan perdagangan internasional yang menguntungkan banyak pihak, tanpa ada yang terdzalimi.

Ketiga, emas sifatnya tahan lama, dibandingkan dengan uang kertas yang mudah rusak, dalam sekejap tak bernilai lagi. Selain itu, emas dan perak merupakan logam yang dapat dibagi-bagi dan dilebur kembali. Jadi, walaupun rusak, nilai emas masih sama saja dengan sebelumnya.

Keempat, sistem ini akan memelihara kekayaan emas dan perak suatu negara. Karena menjadi alat tukar, emas dan perak tidak akan berpindah tangan secara percuma atau ilegal, sehingga emas dan perak tidak akan lari dari satu negara ke negara lain, dan negara tidak perlu mempersulit diri untuk melakukan pengawasan terhadap peredaran emas dan perak itu sendiri. Tak hanya negara, kestabilan nilai emas dan perak juga memelihara kekayaan pribadi perseorangan, tanpa terpengaruh inflasi.

Kelima, berapapun jumlahnya uang berupa emas dan perak dalam suatu negara, akan mencukupi kebutuhan pasar dalam pertukaran mata uang atau jual beli. Mengapa? Jika suatu negara memproduksi barang dan jasa dalam kuantitas yang lebih banyak dengan jumlah uang tetap, uang yang ada akan mampu membeli barang dan jasa secara maksimal. Sementara apabila produksi barang dan jasa berkurang, uang yang ada hanya akan mengalami penurunan daya beli.

Keenam, emas termasuk komoditas yang dapat diterima secara luas oleh masyarakat dunia. Komoditas ini bernilai tinggi, dengan nilai yang tidak menipu uang itu sendiri seperti nilai nominal pada uang fiat yang menipu nilai instrinsiknya. Alasan ini menjadikan emas dan perak sulit dipalsukan, tidak seperti uang fiat yang kasus pemalsuannya dapat ditemukan dimana-mana.

Bagaimana dengan Uang Fiat?

Melihat perkembangan ekonomi dunia beberapa dekade terakhir, kita telah menyaksikan berkali-kali betapa uang fiat yang juga diusung oleh sistem ekonomi kapitalis tidak menyejahterakan masyarakat secara umum tetapi justru semakin memperlihatkan keburukannya. Uang fiat bukan merupakan komoditas yang bernilai tinggi, nilai instrinsiknya tidak sesuai dengan nilai nominal yang tertera pada uang itu sendiri dan karena murah, pemerintah dapat memproduksi uang fiat ini dengan jumlah tanpa batas, menyebabkan inflasi terus menerus. Akibatnya, nilai uang fiat terus menurun.

Di samping inflasi, nilai mata uang yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda, tergantung dengan sedikit-banyaknya minat pasar terhadap mata uang itu. Pada akhirnya, akan ada mata uang berharga jual tinggi yang daya belinya lebih baik daripada mata uang yang berharga jual rendah, padahal secara instrinsik nilainya kurang lebih sama. Rakyat suatu negara yang menggunakan mata uang yang harga jualnya rendah tentu saja dirugikan.

Terjadinya penggelembungan mata uang fiat karena pencetakkannya yang tak terkendali dan jumlah peredaran yang luar biasa besar melebihi sektor riil, memunculkan kecemasan akan pecahnya gelembung tersebut dan membuat dunia mengalami krisis finansial yang luar biasa. Dengan kata lain, selama dunia ini masih menggunakan uang fiat, maka krisis ekonomi tak akan pernah bisa dihindari. Telah dibuktikan dengan sejarah, di berbagai belahan dunia manapun, telah terjadi krisis ekonomi akibat sistem uang fiat ini, termasuk krisis moneter yang telah dialami Indonesia pada tahun 1998.
Lalu?

Setelah mengetahui lemahnya sistem keuangan yang kita gunakan sekarang, akankah kita berpaling pada dinar dan dirham? Seharusnya iya, paling tidak, kita akan mulai merancang rencana ke depan untuk berinvestasi pada dinar dan dirham. Untuk mengubah sistem ekonomi pada suatu negara memang tidak mudah. Apalagi sistem yang akan digunakan benar-benar berbeda secara fundamental, tentu memakan waktu yang lama. Namun, keyakinan akan haq (benar) yang pasti menang melawan yang batil (salah), menimbulkan semangat luar biasa pada para pengusung ekonomi Islam, untuk menegakkan syariat Allah di muka bumi.

Jadi, tak perlu ragu, mari mulai dari diri sendiri, dukung penggunaan dinar dan dirham, dan rasakan manfaatnya!

Oleh Diena Novianti Masrurah


Penulis adalah Staf bidang Infodia SAFF STAN 2011/2012
 

1 komentar:

yang opini-opini boleh tak masukin blogku? :D

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...