Oleh : ‘Aisyah Nurul Fithri (Bidang Infodia SAFF STAN)
Mengikuti kegiatan Temu Ilmiah Regional (Temilreg) dapat dikatakan sebagai sebuah ketidaksengajaan sekaligus kenekatan. Sehari sebelum memutuskan mengikuti lomba tersebut, saya baru saja kalah dari lomba akuntansi di salah satu PTN Jabodetabek. Ketika saya membaca ulang seluruh pesan singkat yang dikirim teman-teman pada saat lomba di PTN tersebut, saya menemukan adanya pemberitahuan mengenai lomba Temilreg. “Iseng”, saya menghubungi Diena yang sebelumnya mengirimkan pesan tersebut untuk menanyakan siapa peserta lomba tersebut. Diena memberitahukan bahwa yang akan mengikuti lomba tersebut adalah ia dan Afina. Spontan, langsung saja saya balas pesan tersebut, “ikutan dong Dien..”. Dan jadilah kami bertiga se-tim dalam kompetisi Temilreg.
Mengikuti kegiatan Temu Ilmiah Regional (Temilreg) dapat dikatakan sebagai sebuah ketidaksengajaan sekaligus kenekatan. Sehari sebelum memutuskan mengikuti lomba tersebut, saya baru saja kalah dari lomba akuntansi di salah satu PTN Jabodetabek. Ketika saya membaca ulang seluruh pesan singkat yang dikirim teman-teman pada saat lomba di PTN tersebut, saya menemukan adanya pemberitahuan mengenai lomba Temilreg. “Iseng”, saya menghubungi Diena yang sebelumnya mengirimkan pesan tersebut untuk menanyakan siapa peserta lomba tersebut. Diena memberitahukan bahwa yang akan mengikuti lomba tersebut adalah ia dan Afina. Spontan, langsung saja saya balas pesan tersebut, “ikutan dong Dien..”. Dan jadilah kami bertiga se-tim dalam kompetisi Temilreg.
Hal
ini merupakan kali pertama bagi saya mencoba kompetisi di bidang syariah
seperti Temilreg. Walaupun belum merasakan masa recovery dari lomba akuntansi
di PTN sebelumnya, saya yakin bahwa kesempatan itu tidak bisa menunggu.
Pilihannya hanya dua, diambil atau dilewatkan. Dan saya putuskan untuk
mengambilnya. Temilreg memiliki 3 tahap seleksi yaitu tes tulis dan presentasi
essay yang sifatnya kumulatif, cerdas cermat, dan konferensi.
Untuk mengikuti tahap awal, salah satu persyaratan yang diberikan adalah membuat essay dengan tema “Green Economy as a true Sharia Economy”. Disini kami bekerja sama dengan beberapa pembagian tugas, saya dibagian ide dan pengembangan kerangka, Diena dibagian konten syariah, Afina dibagian referensi ilmiah. Setelah pembuatan essay yang selesai (kurang beberapa menit dari deadline jam pengumpulan via email), kami segera bermusyawarah mengenai kedudukan ketua Tim. Dan setelah mempertimbangkan beberapa aspek, akhirnya saya menyetujui keputusan bahwa saya yang akan menjadi ketua tim. Di sini, ketua tim memiliki tugas untuk mempresentasika essay yang telah di buat dihadapan juri setelah dilakukannya tes tulis. Selain itu, kami juga mempelajari beberapa materi ekonomi syariah untuk mempersiapkan diri terhadap tes tulis. Sejujurnya saya merasa pengetahuan syariah saya sangat minim. Akan tetapi, saya berusaha setidaknya mempelajari dasar ekonomi syariah secara global. Setiap kali merasa banyak materi yang belum kami bisa, saat itu juga kami kembali mengingatkan niat awal "silaturrahim.. kalau rezeki nggak bakal kemana"
Hari
yang ditunggu pun tiba, Sabtu 9 Maret 2013, yaitu waktu untuk dilakukannya
penyisihan awal. Saya, Diena, dan Afina duduk secara terpisah untuk mengerjakan
soal yang diujikan secara individu. Nilai yang diperoleh akan berkontribusi 30%
dari total akumulasi nilai tahap penyisihan. Setelah mengerjakan soal tes
tulis, kami dipersilahkan ishoma dan mempersiapkan diri untuk presentasi. Nilai
presentasi essay ini berkontribusi 70% untuk penilaian pada tahap
penyisihan.Tidak lama setelah ishoma, kami melakukan presentasi. Saya mewakili
tim SAFF STAN memaparkan ide dari essay yang telah dibuat. Dari ide terakhir
kami mengenai kualitas manajemen industri yang menggunakan p;embiayaan syariah,
salah satu juri terlihat tertarik dan memberikan pertanyaan seputar ide
tersebut kepada kami. Keesokan harinya pihak Fossei memberikan pengumuman 12
peserta yang lolos untuk melanjutkan ke tahap cerdas cermat. Dan Alhamdulillah,
tin SAFF STAN menjadi salah satu tim yang lolos di tahap berikutnya.
Seleksi
cerdas cermat dilaksanakan pada hari senin, 13 Maret 2013 karena saya sudah
pernah tidak masuk kuliah KSPK akibat sedang mengikuti lomba ke salah satu PTN.
Akhirnya saya tidak berangkat cerdas cermat. Hanya doa yang mengiring langkah
Diena dan Ina. Hal yang menarik adalah, alhamdulillah walaupun kala itu hanya 2
orang mewakili tim SAFF STAN untuk cerdas cermat dan diambil 3 besar, tim SAFF
STAN menjadi salah satunya.
Kami
bertiga mempersiapkan diri untuk mempresentasikan slide sesuai ketentuan
panitia yang diperuntukkan bagi para finalis (3 besar). Kami juga sempat melakukan
diskusi dengan seorang tentor bernama kak Deny yang sedang menjalani pendidikan
S2 di Azzahara dan melakukan simulasi presentasi di depan teman-teman SAFF.
Saya
pribadi merasa kurang maksimal pada saat konferensi. Akan tetapi, saya merasa
justru banyak pengetahuan baru yang dapat saya peroleh malalui komentar juri
terhadap jawaban pertanyaan saya. Ketika presentasi telah selesai dilakukan,
tidak lama kemudian bapak Rifki Ismal mengumumkan ketiga juara pada final
Temilreg. Dua kandidat lainnya yang berasal dari Tazkiya merupakan lawan yang
tangguh, mereka lah yang akhirnya mendapat juara 1 dan 2. Walaupun mereka baru
menginjak semester 4, mereka telah banyak mengetahui hadist, ayat-ayat, maupun
kaidah ushul fiqh terkait ekonomi syariah. Jangan tanya bagaimana saya berusaha
mengimbangi mereka. Tentu sangat berat. Yang bisa saya lakukan saat itu adalah
menyampaikan pemikiran pada saat konferensi dan jawaban pertanyaan dengan
pendekatan ilmiah, sebisa mungkin semuanya based on data dan logis. Sekali lagi,
"silaturrahim.. kalau rezeki nggak bakal kemana.."
Berawal dengan niat silaturrahim (ini pertama kalinya saya berkompetisi dengan niat "silaturrahim" seperti yang telah diamanatkan), akhirnya kami dapat mengenal lebih banyak orang yang peduli pada ekonomi syariah. Dan kami juga mendapatkan lebih besar dari yang kami niatkan yaitu ilmu dan pengalaman. Pada akhirnya saya menyadari bahwa belajar sebanyak apapun tidak akan pernah cukup memenuhi dahaga ilmu. Dan pembelajaran itu seharusnya hadir dalam setiap fase kehidupan kita sampai dengan ke liang lahat. Karena dengan belajar, seharusnya kita mampu memperbaiki keimanan kita kepada Allah melalui pemahaman yang luas.
Berawal dengan niat silaturrahim (ini pertama kalinya saya berkompetisi dengan niat "silaturrahim" seperti yang telah diamanatkan), akhirnya kami dapat mengenal lebih banyak orang yang peduli pada ekonomi syariah. Dan kami juga mendapatkan lebih besar dari yang kami niatkan yaitu ilmu dan pengalaman. Pada akhirnya saya menyadari bahwa belajar sebanyak apapun tidak akan pernah cukup memenuhi dahaga ilmu. Dan pembelajaran itu seharusnya hadir dalam setiap fase kehidupan kita sampai dengan ke liang lahat. Karena dengan belajar, seharusnya kita mampu memperbaiki keimanan kita kepada Allah melalui pemahaman yang luas.
0 komentar:
Posting Komentar